Tuesday, December 30, 2008

Nyanyian-Nyanyian Hati

By: Eko Sumarsono


Nyanyian Hati 1

E ntah dimana nyanyian hati tersembunyi,
K epada mu wahai sang jiwa yang mengangkasa,
O leh suatu tirani yang menghampar hampa…

S eraut wajah keriput kembali bersujud,
U ngkapkan simphony asa abadi,
M enggapai nuansa dalam ketidakberdayaan,
A ral, coba menghiasi tetapan hati...
R aih imajinasi terbingkai nurani...
S ingkap tabir dari kabut-kabut jati diri.
O h....., betapa lelah pencarian ini...
N uansa kasih nan abadi bagi seseorang
O rang yang sinting.... dan Gila....!!!!



Nyanyian Hati 2

Sepenggal kata terucap,
Meluncur dari impian angan semata,
Kini....,
Hati tak dapat ingkat akan sepenggal kata mengikat
Kata Cinta .....!!
Meski telah mendua
Dalam susuri lorong-lorong asa...

Terduduk, termenung....
Sesali akan sebuah kodrat
Namun.....,
Kisah tak dapat ingkar dalam pengembaraan.

Takut, bimbang....
Menyatu dalam arungi sang waktu.
Tentang harapan dan penantian...,
Yang ternoda di saat-saat kapan....

Sepenggal kata kembali terucap,
Kata sesal pada sang jiwa......


Nyanyian Hati 3


Nyanyian-nyanyian hati nuansa kelabu
Datang dari lorong-lorong kegelapan
Hitam..., pekat....
Menyatu dalam ruang waktu yang bisu
Ingatkan kembali asa tertuang
Bangunkan mimpi yang tercerai
Hingga...., kehampaan merajai nurani
Terbang, musnah...., bersama kepulan-kepulan asap.

Gila...., sinting....., atau pengecut...???
Ternyata mereka tidak tahu...., diam bagai bungkahan-bungkahan batu yang membeku.
Pasrah....., menanti sinar emas mentari...
Yang datang dan pergi dalam pancaran kehidupan...,
Harapan keabadian.....
Antara ada dan tiada......!!!

Langkah kaki mulai goyah....
Tatapan-tatapan mata pudar tak terarah...
Dan jasad telah mati dinegeri tak bertuan...
Tapi belum terkubur......, tak ada kain kafan, tak ada batu nisan....!!!

Semua harapan hanya angan,
Selaksa kata hanya bungkam,
Aku....., kamu....., atau siapa ?

Secangkir kopi serta sebatang rokok
Temani setiap mimpi dan ilusi
Yang hampir padam.....
Dalam curahan gerimis-gerimis tak beraturan
Tuk ungkapkan kata nuansa.....,
Nuansa kelabu dari koridor masa lalu.....!!!


Nyanyian Hati 4

Alunan simphony mendayu syahdu,
Iringi langkah-langkah tak terarah
Dalam kesendirian....,
Keheningan sang waktu,
Kehampaan sang jiwa,
Yang dipenuhi oleh percih darah perjuangan..
Noda....., dosa...., bercampur menjadi satu.

Seribu kata kembali terucap,
Selaksa angan kembali berkumandang,
Lontarkan asa tercinta,
Singkapkan tabir yang telah menghitam,
Hempaskan nurani yang mengapung,
Diantara puing-puing cita
Yang tumbuh dan berkembang diawal penantian...

Kandas…. membentur karang,
Terdampar…. pada pulau yang gersang,
Merayap…. dalam seribu khayal
Terbangkan sekelumit makna
Datangkan sebuah jiwa
Dalam kebisuan, keangkuhan, ketakberdayaan....

Angan terdiam dalam kebimbangan
Memungut kata yang tercampak dalam kepalsuan
Hingga tanpa sadar....
Sanubari telah tertancap sebuat belati.....!!!


Nyanyian Hati 5

Tawa kecil dari sudut belakang
Selaksa kata mengurai angan
Semua tak peduli,
Dengan sejarah yang terjadi...

Bosan, jenuh, dan mata menjadi sayu
Malu melihat pesona ekspresi.
Pada mu....,
Pada nya....,
Pada semua yang nyata...

Aku......, semakin tak peduli
Kuterawang masa lalu nan galau
Ku tatap langit-langit ruang kerja ku
Semua kosong tak bermakna....

Ku singkap tirai hitam yang menghampar
Ku tekan semua angan kelabu
Tuk ubah kata cerita
Dari istana seribu harapan....

Aku....., mulai lapar !
Aku....., haus....!!
Lapar akan tarikan nafas dari lautan perasaan...
Haus kedamaian nurani....
yang tlah lama terkoyak dan menggores sanubari
yang mulai kering malam tadi...

Aku...., terjaga dari tidurku
Dari semua impian,
Semua khayalan....,
Mengapa...???
Ternyata smua telah berlalu.
Dan lembaran pun tlah berubah
Yang tanpa sadar menuntunku
Untuk bangkit dari ketakberdayaan....


Nyanyian Hati 6

Berlari menyusuri garis kehidupan
Menyingkap tirani angan hitam
Merengkuh asa terpendam
Menggapai alam khayalan
Dalam susunan aksara tak bermakna....

Berlari dan terus merenda hari
Dengan senandung cinta yang kulantunkan
Untuk mu yang sedang sakit jiwa
Dan menunggu bius-bius kesadaran

Padahal.....,
Kian lama kian mencekik
Membelit dalam ketidakberdayaan
Mengikis sebuah angan
Yang terpendam dan sirna bersama bayangan
Aku...., kamu..... menjadi batu ???

Ingin teriak lantang namun mulut menjadi bungkam,
Mengulum butiran-butiran salju yang membeku dan membatu
Hingga tulang menjadi kelu...

Mencoba dalam ketidakmampuan,
Sendiri dalam keterpakuan...
Dalam lorong-lorong keheningan...
Lorong kegelapan,
Tanpa arah dan tujuan.....
Tanpa pertanyaan.....,
Tanpa jawaban....

Kucoba menerawang dalam kebisuan,
Mengkumandang dalam kepekatan,
Bergayut dalam kebimbangan,
Berlutut dalam sujud panjang.
Namun....,
Langkah menjadi tak terarah
Pelarian tak pernah sampai
Tanpa tahu......
Dimana....., kapan......


Kaki tlah lelah untuk melangkah
Berlari mengejar jati diri yang goyah
Di sela tetes-tetes embun harapan
Tetes air mata....,
Dan tetes darah nestapa
Dari seorang teman....., dan lawan....
Tuk ungkapkan sekelumit cerita tanpa makna
Cerita cinta kepada sang jiwa....

No comments: