Beberapa saat yang lalu di Pujasera A1 Nagoya, penulis bertemu dengan seorang sahabat yang sudah cukup lama tidak pernah ada komunikasi baik secara langsung maupun lewat media elektronik. Dia bernama Liang Hwa biasa di sapa dengan sebutan Ahwa. Lewat pertemuan yang tidak begitu lama tersebut, penulis mendapat motivasi yang sangat luar biasa dari satu buah cerita yang dia sampaikan. Kira-kira cerita yang ia sampaikan seperti ini....
Alkisah di suatu daerah, ada seekor elang mempunyai sarang di atas pohon yang cukup besar. Elang tersebut hanya mempunyai satu buah telur. Di bawah pohon tersebut tinggal seekor ayam yang sedang mengerami beberapa telurnya.
Pada suatu hari, si Elang sedang pergi mencari makanan. Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang sehingga menyebabkan pohon tempat elang bersarang bergoyang-goyang bak dilanda gempa bumi tektonik. Akibatnya, sarang Elang terhempas dan telurnya jatuh tepat ditempat telur-telur ayam di erami, tanpa diketahui si ayam.
Elang yang malang berusaha mencari telur yang hilang, namun meski dengan berusaha sekuat tenaga namun telur tak jua diketemukan. Hingga pada suatu hari ayam berhasil menetaskan telur-telurnya menjadi ayam-ayam kecil, termasuk Elang kecil. Ayam berfikir mungkin salah satu anaknya berbeda akibat kelainan fektor genetika.
Ketika ayam sedang mengajarkan anak-anaknya mencari makanan, elang mengetahui ada satu diantara anak ayam yang mempunyai kesamaan fisik dengannya. Elang berfikir mungkin itu adalah anaknya yang karena suatu hal menyebabkan telurnya terjatuh dan dierami ayam. Elang kemudian berfikir bagaimana cara untuk membuktikan hipotesa (dugaan) nya.
Pada saat yang tepat, ketika itu elang kecil sedang mencari makan sendirian, elang besar mendekatinya dan mengatakan bahwa dia adalah anaknya, bukan anak ayam. “Tidak” kata elang kecil. “Jelas-jelas aku anak ayam, buktinya aku tidak bisa terbang seperti saudara-saudaraku yang lain” lanjut elang kecil. “Coba kamu kepak-kepakkan sayapmu maka kamu akan bisa terbang seperti aku” kata elang besar dengan penuh keyakinan.
Maka elang kecil mencoba mengepak-mengepakkan sayapnya beberapa kali namun tidak bisa terbang juga. “Benar kan…, jelas aku bukan anak elang, buktinya tidak bisa terbang” kata ayam. “Coba lagi…..” perintah elang besar. Elang kecil kembali mencoba dan berhasil hingga ketinggian 5 meter , namun kemudian terjatuh lagi. “Benar kan…, aku sudah mencoba namun tidak bisa terbang juga. Jelas aku anak ayam” kata elang kecil dengan wajah murung. “Coba lagi... coba lagi... coba lagi..... coba lagi.....” perintah elang besar dengan penuh keyakinan.
Elang kecil kembali mencoba dan terus mencoba, hingga pada suatu saat dia berhasil terbang dan mampu mengendalikan kestabilan tubuhnya. Akhirnya dia yakin bahwa dia adalah anak dari si elang besar. Akhir cerita, kedua elang tersebut bersuka cita karena dapat bersatu dalam keluarga lagi..........
Dari cerita tersebut, dapat kita ambil pelajaran yang sangat berharga. Ketika kita ingin mencapai kesuksesan, maka kita tidak boleh menyerah dengan setiap rintangan yang ada di depan kita, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Berusaha dan terus berusaha dengan segenap kemampuan, maka kita akan menuai suatu hasil yang kita impikan.
Kita dilahirkan sebagai pemenang…!! Proses terciptanya kita bukan karena suatu kebetulan semata. Namun melalui suatu perjuangan, persaingan yang tidak mudah, karena harus mengalahkan berjuta-juta sel (sperma) yang pada akhirnya kita lah yang menjadi pemenang. Bukan hanya mengalahkan satu, dua, sepuluh, seratus, seribu.... namun JUTAAN. Sekali lagi kita ada karena sudah mampu mengalahkan bejuta-juta saingan kita.
Kita adalah pemenang, bukan pecundang...!!
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita tidak berani mencoba dan terus mencoba akan kegagalan yang pernah kita lakukan. Kita sudah putus asa, menyerah…, hanya karena mencoba sekali atau dua kali namun belum berhasil. Dan yang lebih ironi lagi adalah ketika kita sudah mengatakan bahwa kita tidak mampu padahal kita belum pernah mencoba...
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita hidup di lingkungan para pecundang yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sikap / attitude kita dan kita tidak punyai keberanian untuk meninggalkannya.
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita takut membayangkan kemengan………..end
Saya (Penulis) sampai terbengong-bengong bak sapi ompong mendengar cerita sahabat (Ahwa) tersebut. Begitu dahsyat makna yang terkandung didalamnya dan bias mensugesti pikiran pemulis.
Terimakasih motivasinya Bro (=Brother)…..
E-sms
Alkisah di suatu daerah, ada seekor elang mempunyai sarang di atas pohon yang cukup besar. Elang tersebut hanya mempunyai satu buah telur. Di bawah pohon tersebut tinggal seekor ayam yang sedang mengerami beberapa telurnya.
Pada suatu hari, si Elang sedang pergi mencari makanan. Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang sehingga menyebabkan pohon tempat elang bersarang bergoyang-goyang bak dilanda gempa bumi tektonik. Akibatnya, sarang Elang terhempas dan telurnya jatuh tepat ditempat telur-telur ayam di erami, tanpa diketahui si ayam.
Elang yang malang berusaha mencari telur yang hilang, namun meski dengan berusaha sekuat tenaga namun telur tak jua diketemukan. Hingga pada suatu hari ayam berhasil menetaskan telur-telurnya menjadi ayam-ayam kecil, termasuk Elang kecil. Ayam berfikir mungkin salah satu anaknya berbeda akibat kelainan fektor genetika.
Ketika ayam sedang mengajarkan anak-anaknya mencari makanan, elang mengetahui ada satu diantara anak ayam yang mempunyai kesamaan fisik dengannya. Elang berfikir mungkin itu adalah anaknya yang karena suatu hal menyebabkan telurnya terjatuh dan dierami ayam. Elang kemudian berfikir bagaimana cara untuk membuktikan hipotesa (dugaan) nya.
Pada saat yang tepat, ketika itu elang kecil sedang mencari makan sendirian, elang besar mendekatinya dan mengatakan bahwa dia adalah anaknya, bukan anak ayam. “Tidak” kata elang kecil. “Jelas-jelas aku anak ayam, buktinya aku tidak bisa terbang seperti saudara-saudaraku yang lain” lanjut elang kecil. “Coba kamu kepak-kepakkan sayapmu maka kamu akan bisa terbang seperti aku” kata elang besar dengan penuh keyakinan.
Maka elang kecil mencoba mengepak-mengepakkan sayapnya beberapa kali namun tidak bisa terbang juga. “Benar kan…, jelas aku bukan anak elang, buktinya tidak bisa terbang” kata ayam. “Coba lagi…..” perintah elang besar. Elang kecil kembali mencoba dan berhasil hingga ketinggian 5 meter , namun kemudian terjatuh lagi. “Benar kan…, aku sudah mencoba namun tidak bisa terbang juga. Jelas aku anak ayam” kata elang kecil dengan wajah murung. “Coba lagi... coba lagi... coba lagi..... coba lagi.....” perintah elang besar dengan penuh keyakinan.
Elang kecil kembali mencoba dan terus mencoba, hingga pada suatu saat dia berhasil terbang dan mampu mengendalikan kestabilan tubuhnya. Akhirnya dia yakin bahwa dia adalah anak dari si elang besar. Akhir cerita, kedua elang tersebut bersuka cita karena dapat bersatu dalam keluarga lagi..........
Dari cerita tersebut, dapat kita ambil pelajaran yang sangat berharga. Ketika kita ingin mencapai kesuksesan, maka kita tidak boleh menyerah dengan setiap rintangan yang ada di depan kita, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Berusaha dan terus berusaha dengan segenap kemampuan, maka kita akan menuai suatu hasil yang kita impikan.
Kita dilahirkan sebagai pemenang…!! Proses terciptanya kita bukan karena suatu kebetulan semata. Namun melalui suatu perjuangan, persaingan yang tidak mudah, karena harus mengalahkan berjuta-juta sel (sperma) yang pada akhirnya kita lah yang menjadi pemenang. Bukan hanya mengalahkan satu, dua, sepuluh, seratus, seribu.... namun JUTAAN. Sekali lagi kita ada karena sudah mampu mengalahkan bejuta-juta saingan kita.
Kita adalah pemenang, bukan pecundang...!!
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita tidak berani mencoba dan terus mencoba akan kegagalan yang pernah kita lakukan. Kita sudah putus asa, menyerah…, hanya karena mencoba sekali atau dua kali namun belum berhasil. Dan yang lebih ironi lagi adalah ketika kita sudah mengatakan bahwa kita tidak mampu padahal kita belum pernah mencoba...
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita hidup di lingkungan para pecundang yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sikap / attitude kita dan kita tidak punyai keberanian untuk meninggalkannya.
Yang membuat kita tidak menang adalah ketika kita takut membayangkan kemengan………..end
Saya (Penulis) sampai terbengong-bengong bak sapi ompong mendengar cerita sahabat (Ahwa) tersebut. Begitu dahsyat makna yang terkandung didalamnya dan bias mensugesti pikiran pemulis.
Terimakasih motivasinya Bro (=Brother)…..
E-sms
No comments:
Post a Comment